Selasa, 08 September 2015

Analisa Manajemen SDM : Ancaman Pengemudi Gojek

Jalanan Jakarta, kini sudah ramai dengan tukang ojek dengan atribut dominan hijau di jaket dan helmnya, serta tulisan besar GO-JEK. Go-jek benar-benar menjadi sebuah fenomena lifestyle baru dalam kehidupan Jakarta, terutama saat menghadapi macetnya jalanan yang kian parah setiap harinya.

Namun keberhasilan Go-Jek tidak lepas dari berbagai tantangan yang muncul, terutama dari segi sumber daya manusianya. Pengemudi Go-Jek benar-benar merupakan ujung tombak dari pelayanan jasa pengantaran barang dan manusia ini.

Baru-baru ini, ramai dibicarakan mengenai perilaku pengemudi gojek yang marah-marah dan bahkan mengancam pelangannya yang kecewa karena diturunkan tidak pada tempat yang dituju sebelumnya. Pengguna gojek ini seharusnya turun di suatu tempat di sisi jalan lain. Namun karena kemacetan yang parah, sang pengemudi gojek enggan untuk putar balik dan meminta pengguna gojek ini untuk turun dan menyeberang saja.

Tentu saja, pengguna gojek akhirnya memberikan bad review atas pelayanan kurang menyenangkan yang diberikan oleh pengguna gojek ini. Namun, bukan berkaca dan belajar dari kesalahan, pengemudi gojek ini malah mengirimkan pesan sms dengan nada mengancam kepada pengguna gojek tersebut.



Tentu hal ini tidak hanya mengecewakan pelanggan gojek, namun juga memberikan ketakutan baru pada penggunanya, mengingat pengendara gojek ini kemudian bisa mengetahui data diri pengguna dengan lengkap dan parahnya memanfaatkan data itu untuk mengancam si pemberi review buruk.

Dalam menjalankan bisnis jasa, tentu hal ini tidak boleh sampai terjadi, karena akan mencoreng nama baik perusahaan. Perusahaan gojek dianggap tidak bisa mendidik karyawan dengan baik. Hal ini bisa terjadi bila Gojek tidak melakukan manajemen sumber daya manusia dengan baik.

Menurut Drs. Bambang Wahyudi, Manajemen sumber daya manusia menunjukkan suatu pengertian bahwa tenaga kerja sebagai sumber daya yang diperoleh, dikembangkan dan dipelihara harus memiliki kompetensi dalam arti mempunyai kemampuan dan kemauan kerja yang sesuai dan mendukung tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya[1].

Nah.. dalam proses recruitment pengemudi gojek, mestinya Manajemen Go-Jek memastikan bahwa pengemudi gojeknya tidak hanya memiliki kemampuan untuk menjadi pengemudi ojek yang baik, namun juga kemauan kerja yang sesuai dengan standart yang ditetapkan oleh manajemen Go-Jek. Bila proses wawancara dan tes kepribadian saat rekruitmen pengemudi Go-Jek ini dapat berjalan dengan baik, tentunya sikap-sikap yang tidak pantas ini bisa dihindari.

Melihat kasus di atas, pengemudi gojek ini sepertinya hanya mau enaknya saja. Tidak mau memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggannya, dan tidak terima diberikan penilaian buruk, walau jelas-jelas dia tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.

Bila ditarik kebelakang, kasus ini juga bisa terjadi karena kurang maksimalnya proses indoktrinasi dalam manajemen sumber daya manusia tersebut. Karena menurut Andrew F. Sikula, Manajemen Sumber Daya Manusia adalah proses penarikan, penyeleksian, penempatan, indoktrinasi, pelatihan dana pengembangan sumber daya manusia oleh dan di dalam suatu perusahaan[2].

Indoktrinasi sendiri adalah sebuah proses yang dilakukan berdasarkan satu system nilai untuk menanamkan gagasan, sikap, sistem berpikir, perilaku dan kepercayaan tertentu[3].

Perusahaan Go-Jek dapat menanamkan system berpikir dan perilaku tertentu pada pengemudinya. Namun indoktrinasi yang dilakukan oleh manajemen Go-Jek adalah bagaimana pengemudi dapat memuaskan pelanggan yang dibuktikan dengan rating yang tinggi. Dan pada kenyataannya, para pengemudi kemudian hanya fokus pada rating saja dan melupakan tujuan awalnya yaitu kepuasan pelanggan. 



Selain itu, sistem rating serta standar-standar yang ditetapkan Go-Jek membuat para pengemudi gojek ini berpikir untuk mendapatkan rating yang baik, setidaknya mereka harus memenuhi standar-standar yang ditetapkan. Namun mereka tidak dilatih untuk memberikan pelayanan terbaik yang membuat nyaman dan menyenangkan bagi para pelanggannya.

Pihak Go-Jek pun sepertinya tidak terlalu memperhatikan, bagaimana pengemudinya tersebut mendapatkan rating baik dari pelanggan. Tentunya penilaian yang baik, harus di dapat dengan cara yang baik dan benar. Yaitu setelah pengemudi memberikan pelayanan yang baik. Bukan dengan cara memaksa, ataupun merayu apalagi mengancam.

Kalau menilik dari bisnis pelayanan yang nyaris serupa seperti perusahaan blue bird yang juga memberikan layanan jasa transportasi, dimana pengemudinya dengan kreatif memberikan pelayanan-pelayanan plus demi membuat pelanggannya nyaman. Bukan demi rating semata.



Jadi, dapat disimpulkan bahwa kasus sikap kasar pengemudi gojek tersebut dapat terjadi, selain karena faktor pengemudi dan manajemen gojek sendiri. Dari sisi pengemudi, ini terjadi karena kurangnya kemauan dari pengemudi gojek untuk memberikan layanan terbaik dengan tulus dan sungguh-sungguh.

Sementara dari manajemen gojek sendiri juga memberi andil atas terjadinya sikap-sikap kasar dan semena-mena para pengemudi karena indoktrinasi yang salah bahwa hal yang penting bagi para pengemudi adalah mendapatkan rating yang baik, bukan pelayanan yang baik. Sehingga pengemudi tidak peduli bagaimana mereka bisa mendapatkan rating tinggi itu, selain memenuhi standar-standar yang ditetapkan perusahaan.

Untuk itu, saya menyarankan agar manajemen Go-Jek dapat memperbaiki manajemennya, dengan memberikan kesadaran kepada pengemudi bahwa kepuasan pelanggan adalah segalanya. Jauh lebih penting dari sekedar angka-angka rating ini.

Pihak Go-Jek juga sebaiknya menseleksi betul calon-calon pengemudinya, baik saat wawancara, maupun tes kepribadian, sebelum menerima mereka menjadi bagian dari manajemen Go-Jek. Demi nama baik perusahaan Go-Jek juga.

Semoga kita sebagai pelanggan bisa menikmati layanan ojek online yang lebih baik dimasa yang akan datang.


[1] Buku : Manajemn Sumber Daya Manusia, Drs. Bambang Wahyudi, penerbit Sulita, Bandung hal 11.
[2] Buku : Manajemen Sumber Daya Manusia, Drs. Bambang Wahyudi, penerbit Sulita, Bandung, hal 10.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar